Ikang Fawzi & Inspirasi the Ciputra Way

Ikang Fawzi & Inspirasi the Ciputra Way
The Ciputra Way yang Sangat Inspiratif: Ikang Fawzi & Marissa Haque

Ikang Fawzi (Ahmad Zulfikar Fawzi)

Ikang Fawzi (Ahmad Zulfikar Fawzi)
PAN di Kalianda, Lampung Selatan

Pelantikan Ikang Fawzi Menjadi Duta LIPI & Kebun Raya Indonesia

Pelantikan Ikang Fawzi Menjadi Duta LIPI & Kebun Raya Indonesia
Inspirasi Pak Ciputra untuk Pembangunan Berkelanjutan Indonesia, Ikang Fawzi & Marissa Haque

Mendampingi Menteri Perumahan Rakyat ke Istana Negara

Mendampingi Menteri Perumahan Rakyat ke Istana Negara
Menyalami Presiden SBY, Ikang Fawzi (REI) & Menpera

Senin, 27 Desember 2010

Manajemen SDALH Indonesia (Bagian 1): Ikang Fawzi & Marissa Haque

Manajemen Bencana
Manajemen adalah sebuah seni dalam hal melaksanakan suatu pekerjaan dengan melalui/perantaraan orang lain, demikian dinyatakan oleh Follet (1941). Sementara Doh (2005) menyatakan bahwa sebuah keputusan didalam manajemen stratejik adalah sebuah seni yang mengatur atau mengelola beberapa individu yang berada didalam sebuah organisasi didalam mencapai sebuah tujuan bersama/goal concruance, dengan menggunakan seluruh potensi yang ada melalui suatu proses pertimbangan stratejik untuk mengambil sebuah keputusan stratejik.

bunda-marissa-haque-fawzi-yang-syariah_498x480Terkait dengan telah terjadinya kemerosotan lingkungan hidup yang ditandai dengan terjadinya bencana alamiah maupun akibat ulah manusia semisal: (1) banjir; (2) longsor; (2) tsunami; (3) letusan gunung; (4) kekeringan; (5) kebakaran hutan, dan alin sebagainya yang telah menelan sangat banyak korban jiwa serta kerugian material terasa sangat memukul seluruh bangsa Indonesia. Dan sangat dirasakan bahwa Indonesia jauh tertinggal dibandingkan denga beberapa negara tetangga terkait masalah manajemen SDALH (sumber daya alam dan lingkungan hidup)-nya.

Menurut data yang dipaparkan oleh Asia-Pacific Disaster Report 2010 yang disusun oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk kawasan Asia dan Pasifik (ESCAP), sejak tahun 1980 sampai 2009 bencana alam yang teradi diseluruh wilayah Indonesia tercatat sebagai berikut: (1) kerugian jiwa sebanyak 191.164 orang meninggal/ peringkat ke-2, lalu 17.545.000 orang menjadi korban/peringkat ke-9; serta (2) kerugian ekonomi mencapai US$.22.582 miliar/peringkat ke-8.

Walau segala hal terkait bala bantuan kemanusiaan di Idnonesia terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam ini—seperti biasanya--terkesan ‘lamban dan pilih kasih’ dalam hal prioritas lokasi penanggulangan, tak terhingga bantuan serta relawan terus mengalir deras dari berbagai wilayah diseluruh Indonesia. Hal ini menjadi salah satu indikator positif dari modal sosial/social capital bangsa yang masih tinggi rasa empati terhadap sesama saudaranya.

Memang bergantian dan semakin terus menerus berkelanjutan, bencana datang secaa bertubi. Sampai tanggal ditulisnya esei ini, dari Departemen Sosial RI tercatat dalam periode pemerintah sekarang ini sebanyak 312 kejadian (peringkat ke-4). Disaat kita semua terperangah akan Indonesia sebagai bumi Nusantara yang akrab dengan bencana, kesiagaan menghadapi bencana yang semakin kerap datang belum tampak dilakukan secara lebih sistemik dan berkelanjutan.

Koordinasi Siaga Bencana
ikang-fawzi-suami-marissa-haqueUU No.24 Thn 2007 tentang Penganggulangan Bencana memberikan definisi bencana sebagai sebuah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sedangkan kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Standar tanggap darurat juga sudah diatur dalam UU ini, melalui koordinasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana menjadi faktor kunci dalam penanggulangan bencana.

-------
[1]Follet, Mary Parker. 1941. The Theory of Social and Economic organizations. Talcott Parsons, transl., 1947; distilled from Weber’s Multi-volume Work, “Wirtscahft und Gesellscahft” (Economi and Society)

[1] Doh, Jonatan. P. 2005. Strtaegic Management, in Journal in Mangement Studies, in May Edition

Selasa, 14 Desember 2010

Bapak Ciputra Inspirasi Ikang Fawzi Suamiku dapat MBA dari FEB-UGM: Marissa Haque


Ikang Fawzi (Foto:Arie Yudhistira/Koran SI)
JAKARTA - Ikang Fawzi tengah bergembira. Jerih payahnya kuliah selama 1,5 tahun berbuah manis. Suami Marissa Haque ini meraih gelar MBA dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

"Saya senang sekali akhirnya bisa dapat gelar. Saya kuliah selama 1,5 tahun. Selesainya bisa cepat karena saya serius sekali," ungkap Ikang yang dihubungi okezone, Selasa (14/12/2010).

Rocker kelahiran 23 Oktober 1959 itu mengambil judul tesis Analisa Strategi Bisnis Properti-tainment di Salah Satu Industri Bisnis Properti (studi pada PT Impian Jaya Ancol). Dia membuat tesis dengan judul demikian dengan alasan tersendiri.

"Saya pikir bisnis ini kan yang penting bisa berkelanjutan. Banyak yang berbisnis, tapi kemudian hilang. Kalau Ancol ini pernah diterpa krisis ekonomi 1998 dan 2008, tapi bisa bertahan karena dia menggunakan properti-tainment. Jadi entertainment itu untuk mempercepat recover industri properti yang sedang lesu," bebernya.

Berkat keseriusan dalam menggarap tesis setebal 300 halaman, ayah dua anak ini mendapat nilai sempurna, A. "Secara ilmiah itu memang bidang saya. Intinya, di situ saya gunakan ilmu yang saya punya. Jadi saya lama di entertain, kemudian ingin saya ilmiahkan," urainya.

Disinggung tentang kegiatan sang istri yang giat menimba ilmu, Ikang memberikan pujian.

"Wah, kalau dia sih gila sekolah. Kalau saya enggak seperti dia yang sekolah terus kayak sudah jadi makanan sehari-hari. Mungkin kalau dia di UGM mengambil dua gelar sekaligus, MBA dan hukum (MA)," katanya.(ang)

Minggu, 09 Mei 2010

Ciputra World Jakarta: dalam Ikang Fawzi (REI)

Jakarta International City
Mandiri Untuk Kemajuan

Ciputra World Jakarta
Januari 18, 2009
jakartainternationalcity

Ciputra World Jakarta
PT Ciputra Property Tbk, sedang membangun proyek Ciputra World Jakarta yang berlokasi di Jl Satrio Kav 3-5 Jakarta dengan luas bangunan 273 ribu m2 di atas tanah seluas 5,5 ha dengan total biaya investasi sekitar Rp 7 triliun.

Superblock Ciputra
Direktur Utama PT Ciputra Property Tbk Candra Ciputra, menyatakan proyek ini akan mulai pembangunan pada akhir tahun 2009 dan selesai akhir 2010.

Ciputra World Jakarta merupakan bangunan yang terdiri dari 6 lantai pusat perbelanjaan, 1 gedung apartemen, 1 gedung hotel dan apartemen mewah, 1 gedung perkantoran dan 5 lantai untuk areal parkir.

Ciputra World
Untuk pembiayaan investasi, Ciputra Property baru memperoleh dana Rp 2,1 triliun melalui penjualan 49 persen sahamnya kepada publik pada November 2007. Saat ini Ciputra Property memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp 3,5 triliun.

Proyek ini dikatakan akan menjadikan kawasan Kuningan sebagai Orchad Road nya Jakarta. Mungkinkah?

Selasa, 27 April 2010

Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) dalam Ikang Fawzi


Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP)

Pangaloan is a Valuer or appraisal company Property Appraiser, Appraisal Services Provides for banking, mergers / acquisitions, buying and selling, revaluation, etc. Mining Industry Specialists & Property
Contact: email: kjpppangaloan@yahoo.com phone: +62 21 71695972 ; +62 817 07 00086

Friday, January 8, 2010

kantor penilai properti
Bisnis properti akan terus tumbuh
Para pengusaha properti yakin penjualannya tahun 2010 nanti bakal bersinar. Tak tanggung-tanggung grup Ciputra menargetkan kenaikan penjualan hampir separuh dari semua proyek yang kini tengah digarapnya. (source: http://properti.kompas[.]com/)

Bisnis properti akan terus tumbuh pada tahun-tahun mendatang. Kenaikan harga properti tidak mungkin dikalahkan oleh pendapatan. Karena itu mereka yang belum punya rumah, harus mengusahakan memiliki rumah sendiri karena harga rumah makin tinggi. Kebutuhan akan rumah tetap tinggi.

Faktor membaiknya perekonomian secara global akan turut menambah penyerapan properti di berbagai negara termasuk Indonesia. Bunga masih rendah dan inflasi Indonesia sangat terkontrol.

Para pengembang berharap pemerintah segera mengizinkan orang asing memiliki apartemen di Indonesia. Orang Indonesia saja boleh memiliki apartemen di luar negeri, mengapa kita tidak mengizinkan orang asing memiliki apartemen di sini? Kalau orang asing dilarang memiliki properti, ini suatu kebodohan. Harga properti di Jakarta paling murah di dunia. Dan harga properti di sini tidak pernah turun. Peraturan mengenai izin tinggal agar dapat diperbaiki dengan mengamandemen UU Pokok Agraria. Setelah itu dibuat peraturan mengenai status kepemilikan properti disulkan dipecah menjadi dua, Hak Guna Bangunan sampai dengan 80 tahun dan Hak Pakai 70 tahun. Dengan adanya perubahan ini, potensi penerimaan pajak kemungkinan meningkata yang pada akhirnya juga akan menggairahkan ekonomi.

Posted by Pangaloan

Pameran Properti Bernuansa Entertainment: dalam Ikang Fawzi

Sebuah pameran properti tidak melulu menampilkan sebuah model bangunan maupun konstruksi.

Oleh: Maryadie, Lutfi Dwi Puji Astuti

(Foto: Ari Wibowo Sucipto)

VIVAnews - Sebuah pameran properti tidak melulu menampilkan sebuah model bangunan maupun konstruksinya. Mungkin bukan soal style ataupun tren.Ada bumbu menarik yang bisa ditampilkan dalam pameran properti. Dalam sebuah pameran Rumah Impian 2009 Kartika Expo Center di Balai Kartini Jakarta, ditampilkan pameran properti bernuansa entertainment.
Setidaknya itulah klaim dari Direktur Utama PT Kharisma Entertainment Indonesia Ressa Herlambang. Ressa yang juga penyanyi, menilai bentuk pameran yang kaku harus dikesampingkan. Meski pada pameran perdana yang digelarnya memamerkan hunian berupa perumahan tetapi unsur entertainment dalam penyajiannya tidak boleh ditiadakan.
"Dalam pameran ini masyarakat tidak hanya bisa mendapatkan informasi tentang rumah-rumah impiannya. Tetapi juga kami menyajikan unsur hiburan yakni dengan menyediakan stand magic store,” ujar pria yang masih berusia 23 tahun ini.Memilih pameran perumahan menurut Ressa adalah pilihan yang tepat. Sebab saat ini semakin marak dan ramainya orang membangun perumahan mulai dari yang berkelas sederhana hingga elit.“Rumah menjadi kebutuhan primer buat masyarakat, hampir 10 ribu orang per hari bertransaksi untuk membeli rumah dan apartemen,” katanya.
Tertariknya Ressa menggeluti bidang baru ini pun lantaran ia ingin dikenal orang tak hanya menggeluti satu segmen tarik suara saja. Ressa mengaku ia ingin dikenal orang dengan sukses di bidang bisnis expotainment-nya.
Dalam pameran ini ada kurang lebih 50 pengembang yang ikut berpameran. "Promosinya pun kami lakukan dengan gencar karena melibatkan 16 media cetak, 5 radio terkemuka dan beberapa station TV sebagai media partner serta media promosi lainnya se-Jabotabek,” jelasnya.• VIVAnews

"Green Campaign" pada Bisnis Properti: Dr. Hargo Utomo dalam Ikang Fawzi

Ketika isu tentang pemanasan global atau global warming mulai mengemuka lebih dari dua dekade yang lalu, sebagian besar para pengembang (developer) atau para pelaku bisnis properti di Indonesia tidak begitu mempedulikannya. Ragam aktifitas yang dilakukan oleh para penggerak dan pecinta lingkungan alami dipersepsikan tidak lebih hanya sekedar gerakan sporadik yang bertujuan mengangkat popularitas individu atau sekelompok massa. Orientasi para pengembang sendiri sepertinya lebih tertarik pada upaya memaksimalkan lahan untuk tujuan komersial dengan sedikit melakukan kompromi terhadap peruntukan lahan. Longgarnya proses konversi kepemilikan lahan pertanian dan beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan dan industri memang telah menjadi daya tarik bisnis yang luar biasa sehingga melahirkan ribuan pengembang dengan pola instan yang tersebar di berbagai daerah dan kota di Indonesia

Gambaran ketidakpedulian industri properti terhadap lingkungan nampaknya kini sedikit mulai berubah. Paling tidak, perjalanan waktu selama seperempat abad sepertinya mulai menemukan alur dan babakan baru yang meyadarkan para pengembang tentang perlunya mengadopsi konsep pembangunan yang keberlanjutan. Terlepas gelombang “go green” yang umumnya masih bersifat artificial atau tempelan dan diperlakukan sebagai iming-iming untuk tujuan pemasaran produk-produk properti, namun kini ada sejumlah pengembang di Jakarta yang mulai memasukkan unsur ramah lingkungan untuk memenuhi permintaan terhadap gedung-gedung dengan rancang bangun yang ramah lingkungan (green building and green architecture). Konsep ini diadopsi dengan mengedepankan unsur penghematan energi khususnya listrik dan mengoptimalkan pemanfaatan air, udara, serta efek pencahayaan dalam bangunan. Penggunaan bahan material yang dapat didaur-ulang dalam proses desain, konstruksi, dan operasional bangunan selanjutnya menjadi pilihan selain untuk tujuan efisiensi tetapi juga untuk peningkatan kualitas hidup bagi para penghuninya.

Hanya saja, difusi atau penyebaran konsep pembangunan fisik yang berwawasan lingkungan di kalangan para pengembang bukanlah proses yang singkat dan mudah karena orientasi mereka pada umumnya adalah pengembalian investasi dalam jangka waktu pendek. Para pengembang selalu berargumen dan mengemukakan alasan klasik bahwa penerapan konsep ramah lingkungan akan menaikkan biaya produksi karena adanya tambahan biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan ruang-ruang terbuka hijau yang lebih luas yang semestinya bisa dikomersialkan. Perubahan pola pikir memang diperlukan untuk meyakinkan para pengembang bahwa model bisnis yang mengedepankan sistem kehidupan manusia akan memberi nilai lebih bagi masyarakat dalam jangka panjang. Masalahnya, masyarakat di negeri ini memang belum memiliki ukuran yang baku tentang kualitas properti yang memenuhi standar lingkungan. Kondisi seperti ini yang memberi ruang gerak bagi para pengembang untuk tetap berimprovisasi terutama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap residential property.

Perlunya Standar tentang Green Building
Adanya standardiasasi gedung atau bangunan yang berwawasan lingkungan sudah semakin dirasakan perlunya di negeri ini. Standar baku untuk green building yang sudah diterapkan di Amerika Serikat dan kini banyak diadopsi di negara lain, antara lain China, India, Arab Saudi, dan Vietnam adalah LEED® (Leadership in Energy and Environmental Design). Standar baku yang sejenis dapat juga dijumpai dan sudah diterapkan di negara maju lain, misalnya di Canada dengan sebutan LEED™; NABERS di Australia, dan BREEAM di United Kingdom. Pertanyaan lebih lanjut adalah, apa makna standardisasi bagi para pengembang dan masyarakat pada umumnya di Indonesia? Sudah jelas, bagi para pengembang, adanya standar baku tentang green building secara nasional akan membantu mereka dalam memenuhi ketentuan dalam rancangan dasar untuk konstruksi bangunan. Standardisasi juga akan membantu pengambil kebijakan publik dalam menentukan klasifikasi pengembang. Sementara itu bagi masyarakat secara umum, adanya standar baku yang dimaksud tentu akan membantu konsumen dalam mendapatkan hak-hak atas nilai investasi di properti yang dilakukan sekaligus peningkatan kualitas kehidupannya dalam jangka panjang.

Walaupun toh di Indonesia belum ada standar tentang green building, bukan berarti para pengambil kebijakan dan para pengembang langsung bisa mengadopsi standar baku yang sudah diterapkan di negara lain. Pilihan yang bijak dalam penentuan standar green building tentunya dilakukan dengan mempertimbangkan faktor keselarasan antara capaian yang diharapkan dengan keunikan konteks geografis yang ada di Indonesia. Karakteristik alami yang yang ada di negeri kepulauan ini sudah barang tentu membutuhkan pencermatan tersendiri dalam menentukan standar kewajaran yang diharapkan dapat memenuhi harapan semua pihak. Tulisan Nelms, E.C et al , “Assessing the performance of sustainable technologies: a framework and its application”, Building Research & Information, Vol.35, No.3, 2007, mengungkapkan perlunya para pengambil kebijakan memperhatikan tiga pilar penting dalam perumusan green building: ukuran kinerja yang diharapkan (performance measures); sistem bangunan atau komponen yang dikembangkan (building systems or components); dan siklus kehidupan suatu proyek properti (project life cycle).

Esensi dasar dari rerangka teoritik yang ditawarkan adalah bahwa sistem dan komponen atau bangunan yang dikembangkan bukanlah suatu entitas yang terpisah dari sistem lain yang ada dalam gedung atau bangunan secara keseluruhan. Oleh karena itu, rerangka pengembangan yang bakal dipilih sudah seharusnya mengakomodasi harapan dari ragam project stakeholders. Selain itu, pencermatan terhadap besaran biaya konstruksi, pengoperasian, dan pemeliharaan selama siklus kehidupan proyek juga merupakan hal yang tidak kalah pentingnya terutama untuk tujuan pengendalian risiko dan ketidakpastian dalam manajemen konstruksi. Itu sebabnya, penerapan terhadap prinsip yang dimaksud memerlukan komitmen semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis properti.
Langkah ke Depan
Disadari atau pun tidak, model bisnis yang selama ini berkembang dalam industri properti mengacu pada konsep penjualan, yaitu menjual sesuatu yang bisa dibuat. Konsep semacam ini jauh dari harapan masyarakat yang sebenarnya kini sudah mulai memikirkan opsi untuk kehidupannya dalam jangka panjang. Itu sebabnya, kini sudah saatnya para pengembang mengadopsi konsep yang mengarah pada kemampuan untuk membuat sesuatu yang bisa dijual dan memenuhi harapan masyarakat dalam jangka panjang. Itu artinya, ragam kemungkinan bakal ditempuh untuk memunculkan langkah konkrit tentang bagaimana menciptakan nilai lebih bagi pelanggan, masyarakat, dan lingkungan secara terintegratif.

Pergeseran orientasi semacam ini sudah barang tentu memerlukan revolusi mental yang tidak mudah untuk dilakukan secara instan oleh para pengembang (lihat: Senge, P., et al, The Necessary Revolution: How individuals and Organizations are Working together to Create a Sustainable World”, Doubleday, New York, 2008). Kesulitan terbesar adalah mengubah mentalitas dan model bisnis yang selama ini sifatnya transaksional antara produsen dan pembeli untuk kemudian menjadikan hubungan keduanya bersifat kolaboratif untuk tujuan keberlanjutan bersama. Komitmen bersama terhadap pembangunan yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk menjamin langkah konstruktif yang dimaksud dapat dicapai. Kalau agenda seperti itu ada, maka dambaan masyarakat serta anak cucu di negeri ini untuk bisa menikmati kembali sejuknya udara di kota-kota misalnya Bogor, Bandung, Yogyakarta, Magelang, atau Malang bisa direngkuh kembali. Semoga saja.

*) Dr. Hargo Utomo, MBA., M.Com adalah Direktur Magister Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (MMUGM).

Sabtu, 24 April 2010

Leadership dan Kerja Tim Proyek Perumahan: Ikang Fawzi & Marissa Haque

Saat menyusun tim untuk suatu proyek yang cukup besar, yang terkait dengan beberapa distribution center dan ribuan sebaran toko ritel di seluruh Indonesia, biasanya kita semua akan vis-a-vis dengan beberapa pilihan.

Jikalau ketersediaan sumberdaya menjadi hal yang in-evitable (tak terelakkan) maka demi kebutuhan penyusun anggota team work dibutuhkan tiga langkah strategik. Yaitu: (1) memilih pemain bintang untuk seluruh member dari team work, yang artinya terdiri atas orang-orang terbaik yang ada di perusahaan kita; (2) seluruh anggota merupakan staf dengan prestasi biasa-biasa saja (mediocre); (3) pihan anggota tim yang terdiri dari campuran, baik staf dengan performa terbaik juga yang biasa-biasa.

Nah, jika proyek yang akan dikerjakan merupakan sebuah proyek yang besar, biasanya manajemen sama sekali tidak tertarik dengan opsi pertama dengan menggunakan seluruh pemain bintang dengan pertimbangan agar tampak performa apling baik. Namun, pengalaman mengajarkan bahwa dilapangan, sepanjang proyek berlangsung, kelak akan saling berbenturan antara ego dari masing-masing anggota yang merasa sang paling baik diantara yang baik. Setiap pihak merasa pihak lainnya menghambat tugasnya. Dan setiap orang juga merasa pendapatnya yang paling benar. Sehingga implementor akan berbenturan dengan developer, dan trainer akan berdebat dengan deployer. Akhirnya, proyek yang saya kira akan selesai lebih cepat akhirnya malah mulur karena sibuk meredakan konflik internal tim.

Setelah ada pergantian personal dan pengurangan tugas dari sebagian anggota, proyek akhirnya dapat diselesaikan, meskipun lebih dari jadwal yang ditentukan dan dengan beberapa pemakluman dari pemilik proyek. Maka, oleh karena pengalaman ini, banyak pihak manajemen menghindari pilihan ini. Opsi ketiga dimana berisi tim campuran biasanya menjadi sebuah pilihan yang lebih baik serta lebih bijaksana. Karena pihak manajemen akan memberikan imbalan penghargaan berbasis merit based, dimana yang berprestasi baik dapat memotivasi staf yang memiliki prestasi pas-pasan dan menambah imbalan penghargaan dan income mereka.

Pengalaman Empirik Kami
Beberapa kekeliruan sering terjadi didalam sebuah keputusan strategik sebuah manajemen. Semisal pada bagian development yang merupakan departemen yang paling berat tugasnya saya tempatkan dua developer terbaik yang saya miliki. Sedangkan untuk deployer, disediakan dua staf technical support yang pernah mendapatkan complain oleh atasan karena kurang cepat bereaksi terhadap penugasannya.

Ketika manajemen berharap mereka akan termotivasi dengan irama kerja dua developer tadi, dalam kenyataannyaibarat kita mencampur air panas dan dingin dan mendapatkan air dengan temperatur hangat.Performa tim ternyata tidak signifikan/tidak terlalu istimewa. Karena kedua developer ternyata terbawa arus justru mengikuti irama kerja deployer. Seakan-akan mereka menunggu kedua deployer, baru mengerjakan tahap tugas berikutnya. Peringatan keras daria rah tengah the war room untuk memberi motivasi lebih, termasuk juga dengan menambah seorang trainer menjadi sebuah intervensi yang cukup baik bagi keputusan strategik yang tengah dilaksanakan. Proyek memang pada akhirnya dapat diselesaikan tepat waktu namun signifikansi kualitas yang diharapakan menjadikan output dalam kondisi pas-pasan.

A Strong Leadership dan a Solid Team Work
Manajemen memilih delapan orang anggota tim dengan kemampuan mediocre. Seorang orang Senior developer saya sertakan utnuk menjadi penjaga gawang bilamana terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan. Sebagai pimpinan manajemen, dengan seorang wakil, tiga developer, dua trainer dan dua deployer. Anggota dari tim sales dipilih manajemen sebagai wakil dengan pertimabangan bahwa yang bersangkutan memiliki kemampuan lebih dalam hal berkomunikasi. Hal tersebut menjadi pertimbangan jikalau kelak terdapat pihak klien yang memprotes jika terjadi kelambanan dalam pelaksanaan proyek. Dengan kendali yang cukup dapat dilaksanakan dengan 'sistem komando satu pintu' pimipnan puncak manajemen memegang hampir sepeuhnya kendali didalam tangannya. Sehingga kondisi menjadi 'aman' dan terkendali Sampai kemudian terjadi hal yang juga dibutuhkan sebuah tindakan cepat dan strategis ketika ditengah perjalanan, seorang developer senior mengundurkan diri. Setelah diusut beberapa dugaan kemudian muncul kepermukaan semisal: (1) yang bersangkutan merasa masuk dalam tim yang ‘tidak populer’; (2) yang bersangkuta merasa jenuh dengan kondisi mediocre ditempat kerja karenanya mengundurkan diri. Ketik para anggota tim lainnya merasa sama sekali tidak terusik dengan kepergian sang senior tersebut, manajemen puncak lalu mencurahkan perhatian penuh pada proyek dimana sehari-hari selalu berada dalam jangkauan pengamatan optimal.

Dengan sedikit 'tekanan' para anggota tim yang tadinya dinayatakan sebagai berforma lamban, ternyata mampu menunjukkan kemampuan yang baik selang beberapa saat menghasilkan output yang cukup memuaskan. Yang sejujurnya menghasilkan karya (the craft) yang tidak kalah dengan tim bintang.

Kesimpulannya adalah, bahwa dalam satu tim tidak harus selalunya berisikan semua anggota terbaik. Jika selama ini seringkali dalam organisasi yang berbasis proyek dimana masing-masing pimpinan berusaha menarik staf terbaik dengan harapan mampu memberikan kontribusi terhadap kinerja tim. Maka sebetulnya semuanya kembali kepada style of leadership, diaman sang pimpinan proyek mengatur iramakerja dan kerjasama tim yang baik. Dengan harapan agarmampu mengarahkan tim ketika krisis atau konflik menjadi hal yang tidak dapat dihindarkan. Intinya adalah a strong leadership dan a solid team work!